Revolusi Menuju Perubahan
Disaat kehidupan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat dalam keadaan "mati suri", hidup segan mati tak mau, serta seabrek ungkapan senada yang mewakili peristiwa kehidupan sudah tidak lagi adanya keadilan hukum, kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, serta kepercayaan diri untuk mengelola sumber daya alam dalam negeri, maka apakah Revolusi sudah saatnya terjadi?
Berbicara tentang revolusi memang bagi sebagian masyarakat memandang kata ini seperti ada ketakutan dan alergi, bahkan untuk mendengar kata revolusi saja sudah membuat bayangan didalam benak mereka seperti seekor monster yang menghancurkan. Tetapi bagi sebagian kecil masyarakat yang menginginkan adanya revolusi, maka timbul semangat militansi mereka untuk segera melakukan perubahan-perubahan yang dipikir-pikir memang sudah seharusnya terjadi. Ya, nasib Revolusi seperti tokoh dalam film yaitu Robin Hood. Ia diharapkan oleh sebagian kecil masyarakat yang merindukan kehidupan yang adil dan merata, tetapi dibenci oleh sebagian besar masyarakat golongan "elit" yang tidak mengharapkan adanya perubahan. Karena kehidupan masyarakat golongan "elit" ini sudah mapan dan nyaman dengan keadaan yang berlangsung, maka mereka takut dengan adanya perubahan itu.
Didalam negeri kita sendiri tercatat ada beberapa peristiwa revolusi, contohnya peristiwa malari yang terjadi pada 15 Januari 1974 dibawah komando Hariman Siregar. Sesungguhnya gerakan revolusi diawali dengan niat yang mulia, diantaranya yaitu mengembalikan kebijakan pembangunan dalam negeri yang memihak kepada warga negara sendiri, membersihkan pejabat negara yang terlibat dengan tindakan penyelewengan dan korupsi serta pengelolaan sumber daya alam oleh negeri sendiri bukan diserahkan ke pihak asing, sehingga hasilnya bisa mensejahterakan masyarakat.
Namun pada kenyataannya, makna dari kata revolusi sudah sedemikian melenceng jauh yang asal maknanya adalah perubahan mendasar ke arah lebih baik yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan berlangsung dengan cepat, tetapi maknanya kini berganti dengan tindakan melawan aturan yang menimbulkan kekacauan, tindak kriminal, dan mengganggu ketertiban. Entah siapa "tangan-tangan" yang bekerja secara halus membelokkan makna kata revolusi ini, tetapi bagi sebagian kecil masyarakat yang merindukan kehidupan yang jauh dari tindak keserakahan penguasa, penyelewangan para pejabat negara, tindakan culas aparatur negara, tindakan pembohongan dan penipuan penguasa terhadap rakyatnya, maka kata-kata Hariman Siregar akan tetap terpatri didalam dada dan hati para pendamba kehidupan yang adil dan bermartabat, yaitu "Sesungguhnya Revolusi Yang Kita Mau!".
Dan disaat kondisi dan situasi dalam negeri kita sekarang ini, begitu seringnya pemberitaan media tentang pejabat yang tertangkap melakukan tindak korupsi oleh KPK -meskipun itu hanya sebagian kecil-, maraknya penyalahgunaan narkoba oleh masyarakat, merosotnya moral dan akhlak, semakin massifnya pemerkosaan, penindasan dan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan oleh manusia itu sendiri, , dan seabrek berita buruk yang beredar di media cetak dan elektronik, lalu apa yang kita harapakan lagi? Apakah kita ingin membiarkan saja keadaan ini hingga kehidupan kita ambruk dengan sendirinya, ataukah kita mengharapkan adanya perubahan mendasar dari berbagai segi kehidupan kita?. Mari kita perhatikan dengan seksama situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan masyarakat terdekat kita, lalu tanya hati nurani kita yang terdalam, sesungguhnya apakah yang kita harapkan?
0 komentar:
Post a Comment