Kebebasan. Ya, Kebebasan adalah kata yng semua orang ingin merasakannya. Bebas. Ya, memang Bebas tanpa batas. Semua orang ingin bebas melakukan apapun yang ingin ia lakukan tanpa dorongan dan paksaan dari siapapun, bebas mengatakan apapun tanpa takut diprotes orang lain, bebas berpendapat tanpa memperdulikan perasaan lawan bicaranya, bebas, bebas, dan bebas segala-galanya. Intinya, seseorang ingin berbuat sekehendak dirinya, bebas melakukan apa yang ia mau. Alangkah asyiknya kalau semua kebebasan itu bisa kita lakukan dan nikmati proses demi prosesnya.
Tapi apakah benar adanya bahwa kebebasan itu berwujud? Ataukah itu hanya ungkapan kata yang mewakili keinginan manusia-manusia yang ingin bebas dari "keterbatasan" untuk berbicara, bertindak dan berpendapat. Bukti tentang tidak adanya kebebasan itu ialah banyaknya peraturan-peraturan yang dibuat, entah berbentuk perundang-undangan, ajaran agama, norma-norma sosial, tata cara berperilaku, adat istiadat dan peraturan lainnya yang tidak tertulis. Bukankah dengan adanya peraturan-peraturan itu membatasi individu ataupun sekelompok individu untuk tunduk dan patuh melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Lalu dimanakah letak kebebasan itu?
Seseorang ingin bebas sekehendak dirinya melakukan suatu perbuatan seperti menyalakan musik dengan suara yang keras di kamarnya, tetapi sudah ada peraturan yang tak tertulis kalau ia tidak boleh melakukannya kecuali pada saat ada acara hajatan. Seseorang ingin bebas berpendapat apapun sesuai dengan pemikirannya tetapi ia tahu ada suatu peraturan yang mengatur bahwasanya ia harus mengerti dan memahami perasaan lawan bicaranya. Jadi, benarkah kebebasan berkehendak itu ada?
Sebelum membahas lebih jauh tentang apakah kebebasan berkehendak itu benar adanya, alangkah baiknya kita samakan persepsi dari kata kebebasan itu sendiri. Jangan sampai ketika sudah berbicara banyak tantang roti dari berbagai sisinya, bahan dan alat pembuatannya, tempat pencetakannya, suhu ruangannya, dan lain sebagainya akan tetapi kita sendiri belum merasakan roti apa yang sedang kita bicarakan itu. Bukankah banyak sekali jenis roti yang ada di dunia ini, sehingga dari masing-masing roti itu memiliki karakteristik penanganan pengolahan yang berbeda-beda. Jadi kita samakan dulu persepsi tentang arti kebebasan itu apa? Seperti apa? Bagaimana?
Selama ini kalau kita mendengar kata kebebasan, pemahaman apa yang ada di benak pikiran kita?. Suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang bebas melakukan sesuatu sekehendak dirinya. Ya, kurang lebih pengertian inilah yang banyak ditelan mentah-mentah oleh sebagian besar masyarakat kita. Kebebasan diartikan sebagai keliaran,bebas melakukan apapun, tanpa memperdulikan sekelilingnya. Itulah yang membuat kacau kehidupan ini. Disatu sisi orang-orang mengejar yang namanya kebebasan, akan tetapi yang ia kejar itu sebenarnya adalah egosime. Eksistensi dirinya. Hanya dirinya saja yang ada, orang lain dianggap sebagai pelengkap kehidupan. Atau ia merasa lebih tinggi dari semua orang sehingga ia merasa bebas melakukan apapun asala ia puas dan bahagia.
Apakah pengertian seperti diatas yang selama ini dipahami tentang kebebasan berkehendak? Kalau memang benar persepsi kita akan kata kebebasan berkehendak itu adalah bebas berbuat apapun, maka ingatlah bukan kebebasan yang akan kita dapatkan tetapi kekacauanlah yang akan menimpa. Dan apabila itu terus berlangsung pastilah akan mendatangkan kehancuran dalam kehidupan dunia ini. Maka dari itu semestinya kita mendefinisikan ulang semua kata-kata, jangan kita telan mentah-mentah begitu saja definisi yang sudah ada. Bukankah Tuhan sudah membekali kita dengan akal? Untuk mencapai predikat sebaik-baik ciptaan-Nya, selayaknya kita gunakan kembali akal yang dahsyat ini. Bukan malah membelenggunya dengan cara tidak mempertanyakan kembali apa-apa yang sudah kita pahami.
Setelah langkah awal kita lakukan, yaitu mendayagunakan akal kita untuk mempertanyakan kembali pemahaman dan perbendaharaan pengetahuan kita maka langkah berikutnya yang akan dilalui oleh masing-masing manusia adalah perubahan mendasar pola berfikir, manajemen mental, serta ketajaman hati nurani yang bertujuan untuk Mamayu Hayuning Bawono.
Bersambung....
0 komentar:
Post a Comment