Home » » Kumpulan Puisi: Pamplet Cinta Karya Rendra

Kumpulan Puisi: Pamplet Cinta Karya Rendra

Kumpulan Puisi Rendra: Pamplet Cinta



Dibawah ini admin akan membagikan salah satu puisi karya WS Rendra yang admin kagumi. Rendra merupakan salah satu budayawan "kelas atas" diantara sekian banyak penyair di negeri ini. Sebut saja penyair atau budayawan yang seangkatan dengan Rendra, diantaranya Chairil Anwar, Ismail Marzuki, 

Rendra yang bernama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra, lahir pada tanggal 7 November 1935 di kota Solo, Jawa Tengah. Ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah dan Ayahnya bernama R. Cyprianus Sugeng Brotoatmojo. Darah seniman yang mengalir ditubuh Rendra mungkin berasal dari Ibunya yang semasa hidupnya adalah penari serimpi di keraton Surakarta.

Judul puisi yang akan admin bagikan disini adalah Pamplet Cinta. Bagi sobat yang asosiai imajinasinya "kelas melati" mungkin akan menyangka isi puisi ini akan membahas tentang percintaan biasa antara laki-laki dan perempuan yang sudah umum diketahui, tetapi bagi sobat yang asosiasi imajinasinya "kelas berbintang" mungkin akan bertanya-tanya dalam hati, dan merenungkan terlebih dahulu makna apa yang terkandung dibalik judul puisi ini. Karena sobat yang "kelas berbintang" paham bahwasanya judul puisi tidak sesederhana maknanya seperti judul sebuah cerpen, novel, atau bahkan judul film. Puisi mengandung nilai dan makna yang sangat dalam. Satu kali membaca puisi seketika itu pula ia akan memaknai puisi itu sesuai dengan situasi dan kondisi pembaca pada saat itu, tetapi ketika ia membaca puisi untuk yang kedua, ketiga, dan eksekian kalinya bisa jadi ia akan memaknai puisi yang ia baca pertama kali akan berbeda maknanya. Itulah nilai yang terkandung didalam sebuah puisi, sangat dinamis, kaya interpretasi, dan sangat dalam makna disetiap kata-katanya.

Sebagai bahan kita bersama untuk lebih dalam memahami makna-makna puisi admin bagikan satu puisi yang pas untuk kita pelajari. Silahkan sobat baca dan nikmati, lalu kita pelajari bersama makna-maknanya suatu hari nanti.


PAMPLET CINTA
Karya: W.S. Rendra


Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu,
dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan
Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjadi kaca.
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.
Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian.
Dan lalu muncul wajahmu.
Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan.
...Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma !
Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lengang…
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.
Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.
Lalu muncullah kamu,
nongol dari perut matahari bunting,
jam duabelas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmat turun bagai hujan
membuatku segar,
tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma !
Yaaah, Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
dan sedih karena kita sering berpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?
Bahagia karena  napas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
memandang wajahmu dari segenap jurusan.

Pejambon, Jakarta, 28 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi


0 komentar:

Post a Comment

Sugeng Rawuh Poro Sedulur

Terima Kasih Sudah Meluangkan Sedikit Waktu Anda untuk Mengunjungi Blog Ini

Popular Posts

Powered by Blogger.